Cerbung

MisTeri SekolahKu

Tidak terasa waktu berputar sangat cepat, hingga kini tiba waktunya aku mengambil ijazah di sekolahku. Aku bersekolah di Smp Negeri 2 Rangkasbitung. Pagi hari aku lewati dengan sepotong roti yang berada di meja makan rumahku.
Kini akupun siap untuk berangkat ke sekolah, untuk mengambil hasil jerih payahku selama UN kemarin.. Aku merasa puas karena nilai ku di atas rata², bisa di bilang nilaiku paling tertinggi ke 4 di Smpku.
“Naik apa ya ke sekolah”  Batin ku memilih kendaraan yang ada di garasi rumah.
Akhirnya setelah lama memikirkan kendaraan apa yang paling enjoy dibawa ke sekolah ,aku  memilih skateboard.
Kemudian aku pun beranjak dari rumah munuju sekolah.
          Di tengah perjalanan tiba² ada yang menyeruku dengan suara yang cukup membuatku tersentak,,, “Cakka”  teriak seseorang yang ternyata itu adalah Shilla temanku dari SD sampai Smp. “Dasar Shilla, untung aku udah ahli, jadi gk nabrak orang yang tadi melintas di depanku”  batinku agak jengkel.
Aku balas seruannya dengan senyuman yang membuatnya kegirangan.
Shilla adalah orang yang pernah mengungkapkan isi hatinya ke aku, dia pernah bilang kalau dia itu suka sama aku, tapi aku hanya menganggapnya sebagai teman. Karna bagiku pacaran itu gak sepenting persahabatan. Akupun berlalu meninggalkan Shilla menuju sekolah.
          Tak berapa lama aku sampai di sekolah dengan rasa senang + kangen sama taman² yang udah 3 hari gk ketemu.   
“Hay Kka”   Panggil seseorang dari belakangku.
“Hay Vin, udah lama ya gk kumpul bareng lagi”  Balas + tanyaku kepada sahabatku yang tadi memanggilku  dari belakang dan ternyata itu Alvin.
“Yang bener aja masa baru 3 hari di bilang lama”  Lanjutnya dengan senyum yang cool
“Dasar Kodok, bagi aku sih itu lama, mungkin kamunya aja gk kangen sama aku” Batinku nyerocos sendirian.
Keadaan sekolah sudah cukup ramai, karena memang aku berangkat agak siangan dikit, percuma dong datang pagi² kalau pembagian ijazahnya siang. Akhirnya aku mengajak Alvin yang dari tadi cengengesan gk jelas dengan ponselnya ke kantin. Setelah sampai kantin aku memesan makanan kesukaanku yaitu Bakso Max, gak tahu juga nih kenapa di bilang bakso Max, tapi ketika aku Tanya ke pembuatnya ternya di kasih nama Baxso Max karena yang jual nya Mas Paijho dan kata Max dapat dari kata Mas yang huruf belaknganya di ganti“Aneh² aja masa Mas diganti Max, katanya sih gaul, tapi….”  Belum selesai aku membatin + menghayal, eh ada yang menutup kedua mataku dengan telapak tangannya, yang membuat aku gk bisa liat apa².
“Vin kamu gk puas ya jahil sama aku” Kataku mencoba melepaskan tanggan yang ada di mataku.
Maksud kamu apa Kka, perasaan dari tadi aku ada di depan kamu, sedangkan yang menutup mata kamu ada di belakang” Jelas Alvin panjang lebar padaku.
“Siapa sih ni, ayo dong jangan bercanda..Pleaseee” Pintaku dengan tak menyerah berusaha melepaskan tangannya dari wajah cubyku ini.
Tak lama setelah aku meminta akhirnya tangan yg tadi menutupi mataku, mengendur dan di lepaskan, dan ternyata yang sedari tadi menutupi mataku itu adalah Acha adik aku.

Acha juga sekolah di tempat yang sama dengan ku bedanya dia baru kelas vii sedangkan aku sudah lulus, ini juga ke sekolah hanya untuk ambil ijazah dan Insya Allah mau melanjutkan sekolah di SMA Harapan Nusantara yang berada di Jakarta, sekolah itu sangatlah favorite, selain itu disana di huni oleh para siswa dari berbagai penjuru Indonesia yang jenius, smart dan fantastic.
“Mas, terus Cha-cha di sini sama siapa klo gk ada mas lagi” Lirih Acha padaku yg memang keberadaanku selalu membuat Acha gembira.
“Hm,,,,, Cha-cha kan bisa main sama Nova, nah klo mas gk ada ajak aja nova main kerumah” Jawabku dengan nada menghibur.
          Setelah agak lama berbincang dengan Alvin dan Acha kini tiba waktu pembagian Ijazah.
Akupun berlari menuju kantor guru bersama Alvin untuk mengambil Ijazah ku yang memang dari tadi aku sengaja gk ambil dulu, dikarenakan aku paling males harus dempet²an sama orang lain begitu juga Alvin. Kita berdua pun berhasil mendapatkan Ijazah nilai kami memang beda Aku masih berada di atas nilai Alvin.
“Dari dulu kamu memang yang terbaik Kka”  Kata Alvin yang memang mengetahui kecerdasanku.
“Kamu juga keren kok, tuh Cuma beda koma sama rata² Ijazah aku” Hiburku pada Alvin yang agak gk enak hati.
“Oh iya, Vin kamu mau ke atas gk liat kelas kita untuk yang terakhir kalinya” Ajakku  pada Alvin.
“Gk deh Kka, aku buru²” Jawab Alvin singkat.
“Ya udah aku ke atas dulu ya, mau lihat kelas ku, nanti besok aku main ke rumah kamu”  kataku dan berlalu ke kelas yang berada di atas.
          Keadaan kelas sangat sepi, wajar aja karena kan setelah pembagian Ijazah semua murid pada berhamburan pulang, mungkin mereka buru² untuk mendaftar ke sekolah lain. Kebetulan kelasku tidak terkunci, malahan terbuka, akupun mencoba masuk ke dalam dan melihat² kenangan ku dulu ketika masih berada di kelas vii. Setekah puas mengenang masa² lampau kini saatnya aku untuk pulang ke rumah, namun ketika aku hendak melewati pintu kelas Tiba-tiba pintu tertutup dengan kencang sentak aku pun kaget. Aku buka pintu itu namun terkunci, langit pun, yang tadinya bersinar terang kini menjadi gelap gulita, dalam hatiku teringat kenangan yang mengerikan 2 tahun yang lalu…
Masa Lalu………….
“Kka liat nih aku bawa Hendphone” Kata Irsyad teman ku di kelas vii c.  
“Eh… bukannya ke sekolah gk boleh bawa Hendphone”  Tanyaku kaget ketika melihat temanku melanggar tata tertib sekolah.
“Gk ketahuan ini…”  Jawab Irsyad enteng.
“Tapi kan…”  Kata² ku tergantung ketika mendengar suara seseorang sedang menangis.
Ternyata bukan hanya aku yang mendengar tangisan itu, irsyad juga dengar, tepatnya hanya kita ber 2 yang mendengar, teman² yang lain tidak mendengar, bagaimana mau mendengarkan orang mereka sibuk dengan kegiatan masing² di kelas.
          Irsyad pun mencoba untuk membuat semuanya bungkam untuk sementara, namun hasilnya nihil setelah mereka diam, suara itu tidak ada,
otomatis Irsyad mendapatkan surakan pembohong dari anak².
Ketika kami kembali dengan rutinitas masing², lagi² aku dan Irsyad mendengar tangisan itu, namun aku mencoba untuk membuang jauh² pikiran negative itu.
“Kka…”   Bisik Irsyat ke aku, aku pun mengangguk seakan mengerti apa yang akan di sampaikan Irsyad.
“Aku dengar kok Syad” Bisik ku ke Irsyad
          Aku lihat Irsyad sibuk dengan ponsel yang tadi sempat di tunjukan ke aku, Tak berapa lama suara tangisan itu datang lagi, dengan sergap Irsyad pun mengotak atik kembali ponselnya. Kini aku mengerti mengapa Irsyad dari tadi mengotak-atik ponselnya, ternyata Irsyad ingin merekam suara tangisan itu.
          Setelah selesai merekam Irsyad kembali menyuruh anak² kelas vii c diam dan mendengarkan rekaman di ponsel Irsyad. Bukannya percaya malah semua pada nyorakin Irsyad lagi,
“Syad kok kamu bawa ponsel” Tanya seseorang siswa putri yang ternyata itu adalah ketua kelas kita
“Kamu gk ngikutin tata tertib sekolah, aku laporin ke guru BK nanti”  Ancam Agni ketua kelas di kelas vii c.
          Agni pun beranjak dari duduknya hendak melaporkan Irsyad ke guru BK, namun ketika hendak keluar terdengar lagi suara tangisan misterius yang sedari tadi di dengar hanya oleh aku dan Irsyad, bedanya kini kami semua mendengarkan,
Serempak semua ngacir ke luar kelas namun tidak dengan aku dan Bastian. Tadinya Bastian juga mau ikut ngacir tapi aku tahan dia suapaya di kelas temenin aku, abisnya aku penasaran dengan suara tangisan misterius itu,
“Cakka lepasin plisss….” Pinta Bastian dengan tampang memelas, namun aku tetap memeganginya. “Tenang aja Tian, gk akan kenapa² kok” Bisiku ke Bastian.
          Karena kegaduha di luar kelas vii c, datanglah Pak Jhoe yang mengajar di vii h dan mengajak semua teman²ku yang berada di luar masuk, selain itu Pak Jhoe pun menerangkan bahawa sebenarnya yang namanya orang mati tidak akan hidup lagi, namun kita harus percaya tentang adanya Iblis dan Jin yang sewaktu² mengganggu kita, beliau pun menyampaikan bahwa para makhluk goib tidak akan mengganggu selama kita tidak mengusiknya.
          Keadan kelas menjadi normal kembali ketika Pak Jhoe keluar dari kelas vii c, namun tidak segaduh sebelum mereka mendengar tangisan misterius itu, semuanya masih trauma dengan apa yang telah di alami hari ini.
“Kka kamu tadi kok gk keluar..” Tanya salah seorang temanku, aku hanya tersenyum simpul.
          Udara yang tadinya panas kini menjadi mendung, membuat anak² kelas vii c kembali pada ketakutannya, soalnya baru sepersekian menit dari traumanya mendengar tangisan misterius itu.
Cuacapun semakin dingin,
Tak terasa air hujam membasahi seluruh sekolah kami,
“Ini bukan hujan yang biasa” Batinku sedikit khawatir
Hujan pun semakin deras, angin bertiup sangat kencang, sampai² sepanduk di depan kelas vii c robek menjadi 2 bagian. Semua murid kelas vii c ketakutan, sangat ketakutan.
Semuanya bermuka pucat, namun tidak dengan aku, aku tidak merasakan ketakutan sedikit pun, yang ada di benak ku hanyalah rasa penasaran dengan semua ini, aku lihat di kelas lain ada guru yang mengajar, namun kenapa dengan kelasku?,
Di kelas vii c tidak ada yang mengajar.
Aku pun mengedarkan pandanganku kea rah sudut bagian belakang kelasku.
Benar saja aku lihat disana ada bayangan hitam, aku yakin bayangan itu seorang perempuan, jelas tampak rambutnya yang panjang. Aku coba mendekat ke bayangan itu, namun ketika aku hendak mendekat, banyangan itu hilang dengan sendirinya.
“Ya Allah semoga ini bukan bertanda buruk”  Batinku.
          Sampai pelajaran terakhir di kelasku tidak ada guru yang mengajar, itu yang membuat aku semakin penasaran.
Agh…” Ucap ku kaget ketika pundakku semakin berat, berat sekali, seperti ada yang menaiki pundak ku.
“Cakka kamu kenapa?”  Tanya Alvin sahabatku yang berbeda kelas denganku, dia kelas vii f.
“Gk tahu kenapa nih Vin, kok tiba² pundak aku berat kayak gini” Eluh ku ke Alvin
          Berdiriku kini tak seimbang, aku semakin menunduk sanking beratnya.
Untung saja ada Alvin yang sigap langsung menangkapku ketika hendak terhempas ke tanah.
“Kka kamu aneh banget sekarang” Khawatir Alvin yang melihat wajahku pucat.
Di rumahku………
          Cukup lama aku tak sadarkan diri, hingga membuat keluargaku khawatir.
“Cakka…kamu kenapa sayang” Cemas Bunda ku sambil mengelus rambutku.
“Bunda kk Cakka gk kenapa² kan Bun” Tangis adikku Acha mulai mengalir, ketika melihat wajahku yang pucat tertidur.
Andai saja ada mas Elang, mungkin ia juga akan menangisiku seperti Acha karena mas EL adalah kakak sekaligus sahabat aku dalam segala hal.
          Sekian jam aku tertidur, akhirnya Acha melihat jemariku bergerak, ia pun senang dan memeberitahukan keadaan ku yang mulai membaik.
“Ya Allah kenapa mataku susah di buka, kenapa mulutku tidak dapat bicara dan kenapa badanku sulit di gerakan namun aku masih dapat mendengar” Batinku yang memang tidak bisa di ucapkan langsung.
“Kamu mengusikku” Sebuah suara berhasil membuatku takut, dan suara itu terus terngiang di telinga ku.
          Bunda ku semakin khawatir ketika aku terliat seperti sedang mengigau, tapi itu buga igauan aku Bunda. “Bunda tolong Cakka,, Cakka takut” Ucapku yang memang tidak terdengar oleh Bundaku dan Acha.
Setelah sekian menit terasa dingin di keningku dan suara itu pun menghilang, aku menyadari bahwa Bundaku pasti sedang mengompresku dengan air es.
“Makasih Bunda” Kataku dalam hati, dan kemudian aku pun tertidur dan terbawa ke alam mimpi,
          Tidak yang ku inginkan bukanlah mimpi seperti ini, aku bermimpi kejadian siang tadi,, kejadian yang terbalik.
Dimana aku mendekati banyangan itu dan bayangan itu menghilang dengan sendirinya, tapi di mimpiku malah bayangan itu yang datang mengkhampiri aku, dia mendekat dan semakin mendekat hingga berada tepat di wajahku. Aku mencoba minta tongong ke temanku Irsyad, namun ketika ia menoleh ia bukan Irsyad yang aku kenal, ia mirip dengan orang yang sudah meinggal. Aku mengedarkan mata ke semua penjuru kelas, aku liat semua teman sekelasku seperti orang yang sudah meninggal, aku coba berlari ke luar kelas, sebelum keluar aku menabrak Pak guru, seleah aku lihat itu adalah Pak Jhoe, aku pun merasakan tenang dan aman ketika melihat ada Pak Jhoe yang menghampiri ku.
“Kamu kenapa Cakka” Tanya beliau padaku
“Pak kenapa dengan teman²ku semua” tanyaku tak percaya melihat kenyataan ini dengan wajah pucat.
“Memang kenapa dengan teman² kamu?” Tanya Pak Jhoe kembali.
“Itu Pak wajah mereka kok kayak mayat semua”  Jawabku sambil menunjuk ke arah depan.
Oh. Memangnya Bapak gk mirip mereka gitu”  Sebuah pertanyaan dari Pak Jhoe yang membuat aku penasaran dengan apa yang ia katakananya.
Satu….Dua….Tiga aku mencoba memlihat ke
arah Pak Jhoe dan benar saja apa yang aku pikirkan bahwa Pak Jhoe sama seperti temanku yang lainnya, seperti mayat.
          Aku pun berjalan mundur perlahan, sebenarnya bukan perlahan namun entah kenapa kakiku sulit untuk di gerakan, aku mundur,, mundur,,dan akhirnya aku jatuh terduduk sambil mundur hingga akhirnya terhenti oleh dinding yang kini berada di belakang punggungku tepatnya menghalangiku untuk pergi dari kelas vii c yang sangat menyeramkan.
Rasa takut kini menyelubungiku, semua mata baik teman maupun Pak Jhoe tertuju padaku.
“Ya Allah tolong aku” Batinku ketakutan.
Tak berapa lama ku rasakan basah di rambutku, sebelum aku memegang kepalaku ada sesuatu yang menetes di pipiku.
“Darah,,,,,” Kataku kaget,,,, Akupun memegangi rambutku dan benar saja yang membasahi rambuku darah segar,,,,
Aku menjoba melihat ke atas, sumber darah itu menetes, perlahan aku naikan kepala ,,,, dan……
“Aaaaaaaa…” Teriakku sangat keras ,, ketika melihat kepala orang yang tidak mengatu dengan tubuhnya,,,
Aku jambak rambutnya dan melemparkannya ke sembarang arah,,
Tak berapa lama aku merasakan kakiku dapat di gerakan dan aku pun berlali menuju pintu keluar,
Yes akhrinya aku bisa keluar dari kelas” Kataku mantab, sambil mengunci pintu kelas vii c yang penuh dengan mayat.
“Cakka”  Panggil seseorang sembari memegang pundak ku dari arah belakangku yang membuat aku tersentak untuk yang ke sekian kalinya.
“Itu suara Alvin” Batinku Dag-Dig-Dug
Sebelum aku menoleh, aku melihat tangannya dahulu yang penuh dengan ulat dan darah, reflek aku berbalik dan menendang perutnya,,,,
Aku pun terus berlali dari lantai 4 ke lantai 1, tak ku sangka lebih banyak mayat di luar dibandingkan di kelas vii c,
Hati ku terasa was-was, dengan terus menerobos mayat² yg bejibun hingga akhirnya aku salah jalan, bukannya menuju lantai 1 malah sekarang berada di koridor lantai paling atas yaitu tempat barang² kuno. Di sini banyak terdapat benda² kuno ada juga peti mati yang biasa digunakan untuk malam pesta hellowin, kain kafan dan masih banyak lagi.
Sekarang aku tak tahu arus berbuat apa, harus kemana karena pasti di bawah banyak banyak mayat.
Aku semakin galau,, hingga akhirnya aku duduk di lantai sambil memeluk lututku… keringat dingin keluar semua dari kulitku,,
Treeeeeekkk…. Sebuah suara terngiang di telingaku,,, itu suara pintu terbuka,,, aku pun langsung berdiri dari dudukku,, ku lihat pintu tidak terbuka namun suara itu masih tetap terngiang di telingaku,,, aku pun mempertajam pendengaranku.. “Benar itu bukan suara dari pintu ini” Batinku penuh teka-teki
Semakin jelas suara itu terdengar dari belakangku, tepatnya pada sebuah peti mati yang sedari tadi menutup dan membuka, yang berada persis di belakangku,, Aku pun mendekat dan semakin mendekat,, Sebelum aku mendekat terdengar ketukan pintu yang sangat kencang di arah belakangku dan pintu itu terbuka di iringi dengan para mayat yang mendekatiku,
Aku pun lari tak tentu arah hingga tersandung dan tepat jatuh dan masuk ke dalam peti mati yang sedari tadi menutup dan membuka.
“Cakka….Cakka…sayang, ini bunda, Cakka bangun sayang,, ini bunda bunda sayang” Kata bundaku yang khawatir.
          Tak berapa lama aku terbangun dari mimpiku, aku langsung metatap bundaku dengan penuh ketakutan dan memeluknya,
“Kamu kenapa sayang” Tanya bundaku cemas.
“Cakka….” Kataku tergantung karena melihat Alvin sahabatku berada di belakang bundaku.
“Cakka kenapa sayang..” Lanjut bundaku
“Gak apa² bun, Kok Alvin ada di sini bun” Tanyaku.
“Alvin cemas sama kamu jadi dia mau jenguk kamu pagi ini” Kata bunda ku menjelaskan.
          Baru ku sadari ada yang beda dengan penampilan Alvin pagi ini, tapi apa ya,,,
“Alvin tumben kummel, rambutnya biasa tertata rapi dan baju yg biasa licin kok lecek banget kaya abis berkelahi aja..” Batinku heran
“Dasa Cecek, ni gara² kamu jambak + pukul perut aku, jadi gini ni, berantakan gk jelas,,” Kata Alvin kesal sambil membenahi baju dan rambutnya.
“Lah kok nyalahin aku sih,,,” Kataku polos sambil menunjuk mukaku,,,padahal sih aku tahu mungkin yang di mimpi aku jambak + pukul itu Alvin,,,
“Ya udah Alvin sekarang ganti baju gih sana,,, pakai yang Cakka aja,,,Cakka kan punya banyak baju seragam”  Kata Bundaku
“Sayang kamu udah kuat belum untuk berangkat sekolah,,, kalau belum nanti bunda telepon sekolah agar..”  Tanya Bunda kepadaku
“Cakka udah baikan kok Bun,, lebih baik Cakka sekolah aja,,,” Kataku
Akupun beranjak dari pelukan Bunda, Bunda pun keluar dari kamarku, Aku melepas pakaian dan menggunakan handuk lalu bergerak ke kamar mandi, kebetulan kamarku itu ada kamar mandinya, Sedangkan Alvin sedang memilih- bajuku.
Selesai mandi aku bercermin di dalam kamar mandi, Ada hal yang membuatku kaget yaitu ada telapak tangan di bahuku, namun aku menghiraukannya dan keluar dari kamar mandi,,,
“Woi Vin ngaca terus kamu” Tegurku membuat Alvin menoleh
“Kamu harus bayar semua ini CAKKA,,,”  Kata Alvin agak marah, namun ia terdiam ketika melihat bahuku, namun aku tetap aja santai.
“Kka itu di bahu kamu apa” Tanya Alvin sembari mendekatiku, Alvin bisa melihat yak arena aku kan Cuma pakai Handuk yang melingkar di pinggang.
“Auu..” Rintiku ketika Alvin memegangi telapak tangan yang ada di bahuku.
“Sakit ya Kka” Tanya Alvin padaku dengan polosnya.
“Iya Vin,, aku juga gk tahu kenapa ada telapak tangan di bahuku ini..” Kataku sambil terus merintih.
“Kka gimana aku mau pakai baju kamu,, liat tuh papan namanya nama kamu, aku gk mau di panggil Cakka,,,”  Kata Alvin sambil menunjuk bajuku yang memang sudah  terpasang papan namaku.
“Oh itu,,,” Kataku Enteng
Brek  
“Eh ka lo apain baju gw, wah lo sobek baju gw,,” Kata Alvin yang mulai Lo Gue, dengan nada yang cukup keras.
“Ini tinggal di doble tip aja di atas papan nama gw” Kataku yang juga tertular Lo Gue dengan santai
“Sial” Batin Alvin yang kayaknya gk suka bajunya aku robek.

Setelah kami siap, Aku dan Alvin turun dan menuju ruang makan. Selesai makan kami pun berangkat bareng ke skolah,
Di dalam mobil…
“Ini saatnya aku balas dendam” Batin Alvin namun sebelum Alvin melancarkan dendamnya Aku menyadari kalau dia akan melakukan hal yang sama sepertiku ,, yaitu mengacak² rambut + bajuku,, aku langsung aja nyari topik pembicaraan agar Alvin gk melakukan hal itu,,,
“Vin bahu aku sakit banget ni” Kataku yang sukses membuat  Alvin tampak cemas + kasihan Padaku.
“Bisa aja ni bocah,,, oke aku gk akan balas dia hari ini, mungkin nanti” Batin Alvin dengan mimik muka lucu
“Kamu kok diem Vin,,, kamu seneng ya aku kaya gini” Tanyaku lagi…
“Buka gitu Kka, tapi aku ke ingat sama Sivia”  Kata Alvin yang entah dari mana kok tiba² dia ngomongin Sivia,,mungkin dia gk bisa cari alasan lain,, Alvin itu memang orangnya tidak bisa cari alasan.. Secara Alvin itu gk pernah bohong,
          Tak berapa lama aku dan Alvin sampai di depan gerbang SMP, kami pun turun dan melenggang masuk ke sekolah..
Pas di tengah pintu gerbang aku merasakan sakit yang amat sangat pada bahuku… dan entah kanapa aku seperti sedang di lihat oleh sesuatu, yang aku sendiri tidak tahu siapa yang sedang memperhatikanku,
“Kka kamu kenapa…” Cemas Alvin sembari meringis, melihat aku yang sedang kesakitan memebangin bahku, namun aku hanya ngerang kesakitan.
“Pasti sakitnya berasal dari tanda yang ada di bahu kamu ya Kka”  Lanjut Alvin, sedangkan Cakka hanya mengangguk.
          Kami masih berada di ambang gerbang sekolah, kebetulan sekolah masih sepi, pantas saja sepi soalnya Alvin ke rumahku jam 5:45 am, dan kami tiba di sekolah jam 6:20 am. Setelah bahuku tidak merasakan nyeri aku dan Alvin melaju menuju ke kelas,, Kini kami mulai menaiki anak tangga untuk sampai di kelas kami,, kelas vii a-i berada di lantai paling atas sebelum tempat yang ada di dalam mimpiku,
          Akupun kini tiba di depan pintu kelasku, kelas vii c, Dimana dalam mimpiku kelas ini lah kelas yang menyeramkan dan membuat nyaliku ciut.
Deg…..
Jantungku berdetak kencang saat ada lengan yang memegangi pundaku dari belakang.. Apalagi aku sedang memegang pedal pintu kelas vii c,
“Plisss jangan sampai kejadian ini sama kayak mimpi” Batinku menguatkan agar aku menoleh ke belakang
          Seperti di mimpi aku pun melihat tangan yang menyentuhku dahulu supaya tidak terlalu kaget.
Aku lihat tangannya mulus, tidak seperti mimpiku yang tangannya penuh dengan darah dan ulat.
Seketika aku menoleh dan………
“Aaaaaaaaa” Teriakku
          Tak ku ketahui berapa lama aku tertidur di UKS sekolah,, Tadi ternyata aku pingsan ketika melihat seseorang dengan topeng yang sangat seram, andai saja tidak pernah ada mimpi itu mungkin aku tidak akan pingsan,,
Aku berada di UKS sekolah seorang diri, mana gk ada yang nungguin (yaiyalah namanya juga seorang diri).
Tak berapa lama terdengar suara langkah kaki melewati ruang UKS dan berbicara tentang MisTeri Sekolah… aku kenal suara itu,,, dia Abner dari kelas vii h tepatnya sekelas dengan Alvin, yang sedang asik berbincang dengan temannya,yang aku tidak tahu siapa itu,,, mereka duduk di kursi luar UKS dan bercerita tentang keseraman di Sekolah ini, hal itu membuatku takut,
Terlebih ketika Abner bilang “Hey tahu gk, di sekolah ini pernah ada siswa yang meninggal dengan bekas telapak tanggan di bahunya” .
Hatiku sangat Dag,,,Dig,,,Dug ketika mendengar perkataan Abner,,
Aku pun melihat bahuku,,, dan aku lihat yang tadinya telapak tangan itu tak berkuku, sekarnag menjadi berkuku agak panjang,
“Cakka jangan dengarkan omongan Abner tadi, siapa tahu dia hanya berbohong, dan hanya bertujuan untuk menakut²i temannya” Batinku ketakutan ditambah di UKS hanya sendirian.
“Semua itu benar Cakkaaa…” Sebuah suara yang sukses membuat aku tersentak muncul ,,,
Aku pun celingukan, mungkin saja ada yang sedang menakut²i aku,,, Upst.. aku berpikir ulang dan ternyata aku baru sadar bahwa aku sedaritadi hanya membatin gk mungkin orang lain mendengarnya,,
          Rasa takut menyelimutiku kembali ditambah dengan keadaan UKS yang sepi, Abner dan temannya pun sudah berlalu dari depan ruangan UKS.
“Kamu mengusikku Cakka”  Suara itu muncul kembali dan membuat aku menutupi telingaku dengan bantal dan memejamkan mata.
Tiba² ada sebuah tangan memeganggi pergelangan tanganku,, namun aku tetap tak menghiraukannya,, aku takut, sangat takut. Aku rasakan tangannya dingin, hal itu yang membuat aku tak mau melihat ke arah tangan itu,, tak lama bantal yang aku gunakan untuk menutupi telingaku serasa ada yang menarik,
“Cakka kamu kenapa sih” Tanya seseorang padaku, namun aku masih menutup mata..
“Cakka ini aku, Alvin” Kata seseorang yang mengambil bantal dari genggaman tanganku, dan ternyata itu Alvin.
Aku mencoba membukakan mata dan benar ia adalah Alvin.
“Kka kenapa dengan kamu,, waktu SD dulu kamu itu pemberani dan gk pernah kayak gini, ada apa sih dengan kamu” Batin Alvin yang melihat aku dengan penuh rasa kasihan.
“Vin,,,tolong tungguin aku dong di sini” Pintaku dengan muka memelas.
          Akhirnya Alvin pun menganggukan kepalanya yang berarti mau menunggui aku di ruang UKS yang sangat seram!.
Jam menunjukan puku 10.00 am, kini tiba waktunya istirahat, bel pun sudah berbunyi nyaring, Aku mencoba bangun dari tidurku dan menghampiri Alvin yang ada di sofa ruang UKS,
“Vin ke kantin yuk…” Ajakku, Alvin hanya mengangguk,
Kami pun berjalan menuju kantin sekolah, Aku berada di depan Alvin,,
Baru saja aku mau beranjak dari ambang pintu UKS, Alvin menarik lenganku,,
“Cakka,, itu,,,itu..” Ucap Alvin putus² sambil menunjuk² bahuku, ya Alvin bisa dengan jelas melihat bahuku, karena lengan bajuku di lipat saat hendak melihat telapak tangan yang kini berkuku..
“Aku juga aneh kenapa tanda ini jadi ada kukunya”
Kataku enteng, padahal sih takut juga.
Kami melanjutkan perjalan ke kantin.
Tak berapa lama kamipun sampai di kantin
          Keadaan kantin sangat ricuh, itu sudah menjadi kebiasaan anak² yang sudah tidak bisa menahan rasa lapar di perutnya.
Aku memilih duduk di kursi kantin, menunggu keramaian kantin mereda,,,
“Lah,,, kok kamu malah duduk Kka” Tanya Alvin bingung, namun ia mengerti kalau aku itu gk pernah mau berdesakan dengan yang lainnya,,
“Cakkaaaaa,,,” Seru seseorang dari belakangku, dan langsung duduk di sampingku dia adalah Shilla
“Kamu tuh ya,, gk puas bikin orang jantungan”  Ucap Alvin sedikit kasar namun Cakka hanya diam saja..
“Udah Vin jgn ribut akh” Kataku yang membuat Alvin terdiam sekaligus membuat Shilla senang karena aku belain.
“Tukan Vin Cakka juga gk marah,,, masa kamu marah” Ucap Shilla sambil meraih lenganku namun aku melepaskan tangan Shilla yang baru saja meraih lenganku.
“Shill plis aku lagi lelah akhir² ini,, tolong jangan ganggu aku dulu” Kataku yang membuat Shilla sedikit kesal, namun ia mengeluarkan mimik muka yang memang kasihan terhadapku, ya jelas mukaku terlihat pucat saat itu.
“Kka mau titip apa,,, kebetulan kantin sudah agak sepi tuh,,,” Tawar Shilla padaku..
“ Klo gk ngerepotin aku pesan Teh botol aja Shill” Kataku dengan nada males²an.
“Eh mau ke mana kamu” Tanya Alvin kepada Shilla yang hendak beranjak ke kantin.
“Pesan makananlah masa mau ke kuburan yang ada di depan kelas vii b” Jawab Shilla asal,tapi memang benar di depan kelas vii b tepatnya di depan kelas yang Shilla tempati, ada kuburan seorang anak kecil seusia Aku, Alvin dan Shilla.
“Kok kamu gk tawarin aku sih Shill”  Ucap Alvin
“Oh emangnya kamu mau pesan apa”  Tanya Shilla dengan males²an
“Tebs aja…” Kata Alvin singkat
          Akhirnya Shillapun meninggalkan mereka berdua menuju pemilik kantin untuk memenuhi apa yang Aku, Alvin dan ia sendiri butuhkan.
“Vin emang di depan kelas vii b itu kuburan ya?” Tanyaku antusias.
“Gak tahu Kka, kita kan baru pindah dari SMP Harapan Nusantara di Yogja” Terang Alvin
“Bener juga ya, eh Shilla juga kan baru pindah kayak kita kok dia tahu ya,,” Kataku membuat Alvin berfikir,,
“Shilla kan anaknya berisik pasti dia tanya² sama teman 1 kelasnya deh.. atau apalah,,” Jawab Alvin
Merasa namanya di perbincangkan Shillapun datang dengan muka memerah sambil membawa 2 buah teh botol dan 1 tabs,
“Hm… pantes aja dari tadi kuping aku mengiang ternyata ada yang ngomongin aku ya di sini” Ujar Shilla ke PDan namun aku hanya diam saja.
          Setelah lama aku menyeruput teh botol, akhinya habis juga, begitupun dengan Alvin dan Shilla mereka juga menghabiskan minumannya,,
Ketika Shilla hendak beranjak dari kursinya dia memandangi aku, Kontak aku pun risih di lihat olehnya, wajah Shilla menatapku aneh, ia semakin medekatkan mukanya ke mukaku sambil memajukan telunjuk tangannya lebih tepat menunjuk hidungku..
“Cakka hidung kamu,,,,” Kata² Shilla terpotong, Shilla pun pingsan ,,, Alvin segera menangkap tubuh Shilla yang hampir ambruk.Kemudian aku memegang hidungku,
“Darah,,,,,”  Batinku kaget mendapati darah keluar dari hidungku, Aku sadar mengapa Shilla pingsan ia takut melihat darah,,,
“Vin bawa Shilla ke UKS aja,,,” Kataku pada Alvin
“Kamu gimana,,, hidung kamu berdarah Kka” Alvin pun bimbang menolong Aku yang mimisan atau Shilla yang tengah pingsan di dekapan Alvin.
“Udah Vin kamu bantu Shilla aja, lagian dia lebih parah dari aku” Kataku Alvinpun mengangguk dan membopongnya ke UKS
          Entah mengapa sepeninggalan Alvin mengantarkan Shilla ke UKS kepalaku pusing walaupun darah yang tadi mengalir di hidungku sudah kering dan tak keluar lagi, aku semakin pusing,, sungguh rasa pusing itu tak tertahankan,, tak berapa lama akupun terjatuh dari berdiriku.
Di rumahku……
“Bun lebih baik bunda panggil dokter aja”  Usul Acha pada Bunda
“Iya sayang, Bunda minta tolong ambilkan ponsel kak Cakka di tasnya Cha” Suruh bundaku pada Acha, Acha pun mendapati ponsel di tasku dan memberikan pada Bunda.
Tak lama setelah menelepon dokter, Akupun terbangun dari tidurku,,
“Cakka….Sayang kamu kenapa” Lirih Bundaku sambil memeluk erat tubuhku.
“Cakka gk kenapa² kok Bun” Kataku dengan senyum
“Kka, kamu gk kenapa² kan..” Tanya Alvin yang ternyata sedari tadi ia juga menungguiku.
“Aku gk apa² kok Vin, mungkin hanya kecapean aja” Kataku enteng
“Oh,,, ya udah aku pulang dulu ya,,, nih baju kamu” Kata Alvin sampil melepaskan butiran kancing bajunya,
“Eh,,, terus kamu pulang mau pakai singlet aja,, emang gk malu” Tanyaku yang sukses membuat Alvin mikir dan berhenti membuka butir kancing bajunya lalu memasangnya kembali.
“Terus,,,” Kata Alvin tergantung olehku
“Bawa pulang aja baju aku, itu buat kamu aja,, sebagai ganti baju yang aku sobek” Kataku sambil tersenyum simpul.
“Oh ya udah makasih ya, tante, Acha aku pamit dulu ya selamat sore” Pamit Alvin pada mereka
“Woi lo gk pamit sama gw sih” Teriakku pada Alvin yang sudah berada di ambang pintu, namun Alvin hanya melambaikan tangannya dengan tidak berbalik  arah.
Tak lama Alvin meninggalkan rumahku datanglah pembantuku dan Dokter yang tadi di telpon oleh Bundaku..
“Selamat siang semua,,,” Sapa Dokter itu
“Siang dok” Koor Aku, Acha dan Bunda
“Keluarga yang kompak ya” Canda Dokter
“Dok tolong perika anak saya,,” Kata Bundaku
“Baik Bu,,,” Ucap Dokter itu
“Yang mana yang hendak di periksa” Tanya Dokter itu, Acha pun mundur bersembunyi di balik Bunda,
“Bukan aku Dok,, tapi Kak Cakka” Kata Acha takut,,, Acha memang taku bila melihat Dokter,, entah mengapa ia begitu taku, yang pasti dari dulu memang ia takut bila berhadapan dengan Dokter.
          Tak berapa lama Dokter itupun mengeluarkan alat² untuk memeriksa Aku,, mulai dari cek darah hingga suhu tubuh,,,
Pada saat pengukuran suhu tubuh,, ada hal yang membuat Dokter kebingungan,,
“Kenapa Dok”  Tanyaku melihat Dokter itu kebingungan
“Suhu tubuh kamu tidak kayak orang normal” Jawab Dokter itu aku masih gk mengerti.
“Maksud saya suhu tubuh kamu seperti 2x lipat orang pada umumnya”   Kata Dokter itu membuat aku semakin bingung,,
“Tapi gk apa² kan Dok buat kesehatan aku” Tanyaku kembali
Akhirnya akupun selesai di periksa. Dokter itupun kini tengah berbincang di ruangan tengah dengan Bundaku..
“Bundaaaaaaaaaaaaaa” Teriak Acha keluar mendinggalkan ku,,, ia keluar meninggalkan ku setelah melihat……………...


TV online

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites